0

Si Rambun yang Berbakti

Suatu hari, di suatu desa yang terpencil di Sumatera Barat hiduplah seorang gadis yang cantik nan jelita yang bernama Lindung Bulan. Lindung Bulan tidak hanya mempunyai wajah yang cantik, namun juga hati yang cantik dan dengan kecantikan yang dimilikinya, banyak para pemuda yang terpesona padanya. Tidak sedikit para pemuda bahkan pangeran yang rela melakukan apa saja untuk mendapatkan hati Lindung Bulan, salah satunya dengan cara melamar Lindung Bulan, namun sayang, hampir semua tawaran melamar itu ditolak dan hanya satu pemuda yang Ia diterima. Pemuda tersebut sederhana, memiliki budi pekerti yang baik, dan itulah yang membuat Lindung Bulan menerima satu pemuda beruntung tersebut.

Terjadilah pernikahan Lindung Bulan dengan pemuda sederhana tersebut. Lindung Bulan sangat mencintai suaminya dan juga sebaliknya. Mereka berdua hidup bahagia. Hasil dari perkawinan mereka dikaruniai dua orang anak, laki-laki dan perempuan. Yang diberi nama Rambun Pamenan dan Reno Pinang.

Namun sayang, ditengah rasa kebahagiaan yang dirasakan Lindung Bulan, ia harus kehilangan Suami yang sangat ia cintai, Ayah dari kedua buah hatinya yang masih kecil. Kesedihan sangat dirasakan oleh Lindung Bulan, Ia benar-benar harus menerima suatu kenyataan, bahwa dirinya sekarang adalah seorang janda. Namun Ia tetap tegar dan dengan penuh kesabaran Ia mengasuh kedua orang anaknya yang masih kecil seorang diri.

Selang beberapa waktu setelah kematian suaminya, banyak lelaki keluar masuk rumah untuk melamar janda Lindung Bulan. Walaupun sudah mempunyai dua orang anak Lindung Bulan masih nampak cantik, seakan-akan kecantikannya itu tak bisa pudar, sementara usianya semakin hari semakin bertambah. Tidak sedikit lelaki yang mendambakan janda itu untuk dijadikan sebagai istri. Tetapi setiap lelaki yang datang untuk melamar, tak satupun diterimanya lagi, karena Ia ingin mengasuh anak-anaknya yang masih kecil dengan penuh kasih sayang.

Kabar Lindung Bulan yang terkenal sebagai Janda yang cantik jelita terdengar oleh Raja Angek Garang. Ia adalah penguasa negeri Terusan Cermin. Ia terkenal sebagi Raja yang kejam. Ia mempunyai keinginan untuk menjadikan Janda Lindung Bulan sebagai istrinya. Karena berita itu didengar olehnya Ia memerintahkan Hulubalang yang dipimpin Palimo Tadung untuk mengajak Janda cantik itu ke kerajaan yang dipimpin oleh Raja Angek Garang.

“Bagaimana seandainya Janda Lindung Bulan tidak mau dibawa kesini, Tuan?” tanya Palimo Tadung. Raja Angek Garang itu menjawab sambil membentak, “Jangan banyak bicara! Cepat kau pergi dan ajak Lindung Bulan kesini! Jangan banyak alasan!”, “Baiklah Tuan, saya laksanakan!” Palimo Tadung akhirnya menuju ke rumah Janda Lindung Bulan sambil membawa kendaraan khusus milik kerjaan.

Setibanya Palimo Tadung di rumah Lindung Bulan, Ia langsung membujuk Janda itu dengan berbagai cara, agar mau dijadikan istri sang Raja, tetapi Lindung Bulan terus menolak dengan alasan Ia hanya ingin menghabiskan waktu bersama kedua orang anaknya. Karena Lindung Bulan tetap menolak, Ia akhirnya diculik dan dibawa ke Istana raja oleh Palimo Tandung. Sesampainya di Istana raja, Ia tetap tidak mau menikah dengan Raja Angek Garang. Raja yang kejam tersebut marah besar dan murka, lalu Ia memutuskan untuk memasukkan Lindung Bulan ke dalam penjara. Sampai bertahun-tahun tidak ada kabarnya. Sementara kedua orang anak Limbung Bulan, Rambun dan Reno hidup dalam keadaan yatim piatu.

Pada suatu hari, Rambun sedang berjalan dihutan, Ia menjumpai seseorang yang sedang berteduh di semak belukar. Rambun menghampiri orang tersebut dan mengajaknya berbincang. Nama orang itu adalah Alang Bangkeh. Setelah keduanya berbincang, kemudian orang itu mengetahui bahwa Rambun adalah anak dari Janda Lindung Bulan. Dan saat itu juga Alang bercerita kepad Rambun tentang keberadaan sang Ibu, Lindung Bulan, yang sudah bertahun-tahun di penjara oleh Raja Angek Garang.

Setelah Rambun mengetahui keberadaan tentang sang Ibu yang ternyata dipenjara oleh Raja Angek Garang, Ia sangat terkejut, sedih dan juga marah karena ia sangat tidak terima.

Sesampainya di rumah, Sang Kakak, Reno, yang belum mengetahui keadaan sang Ibu, merasa heran dengan tingkah Adiknya yang tiba-tiba menjadi pemarah. Akhirnya Rambun menceritakan tentang keberadaan sang Ibu kepada Kakaknya.

Saat itu juga, Rambun berniat untuk belajar silat, Ia mempelajari silat sebagai bekal untuk melawan para penjaga dan juga Raja untuk membebaskan Ibunya dari penjara tersebut. Setelah mempelajari silat Ia memutuskan untuk pergi ke tempat dimana selama ini Ibunya dipenjara.

Kerajaan yang dituju Rambun sangatlah jauh letaknya, karena Ia harus melewati hutan belantara, tetapi itu tidak membuatnya menyerah ataupun merasa takut. Ia sudah bertekad untuk membebaskan sang Ibu. Karena tidak tega bila Rambun bepergian sendiri,akhirnya sang Kakak ikut serta mengiringi kepergian sang Adik. Selama perjalanan Reno selalu berdoa untuk sang Adik. Perjalanan yang ditempuh sangatlah panjang, sehingga membuat mereka kehabisan bekal. Rambun terjatuh sakit karena kelelahan dan kelaparan. Saat itu juga Reno mengirimkan sebungkus nasi dan sebutir telur rebus untuk sang Adik. Kejadian ini berulang-ulang selama perjalanan, sampai akhirnya Rambun tiba disebuah ladang yang berada di tepi hutan. Untuk melepas kelelahannya, Rambun beristirahat dan Ia menumpang seorang pemilik kebun yang berada di tepi hutan itu. Rambun ikut bekerja dengan keras. Kemudian Ia menceritakan maksud dan tujuannya menjelajah sampai di tempat sejauh ini. Lalu, pemilik kebun itu menjelaskan kepada Rambun, bahwa Ia juga telah melewati jalanan panjang tersebut, dan Ia memberi tahu Rambun bahwa arah hutan sebelah baratlah yang harus Ia dilalui. Rambun sangat berterima kasih kepada pemilik kebun tersebut karena telah memberi tahu arah jalan yang benar. Kemudian Rambun meminta izin kepada pemilik kebun itu bahwa Ia harus meneruskan perjalanannya. Sebelum Rambun pergi melanjutkan perjalanan dan meninggalkan pemilik kebun itu, pemilik kebun itu memberikan sebatang tongkat kepada Rambun. Tongkat itu diberi nama Manau Sungsang.

Rambun melanjutkan perjalanannya, melewati hutan belantara. Di tengah perjalanannya, Rambun melihat seseorang yang sedang diserang oleh seekor ular yang sangat besar. Rambun mencoba mendekat untuk memberikan pertolongan kepada orang yang diserang oleh ular yang sangat besar itu. Rimban memukul kepala ular tersebut amat keras dengan menggunakan tongkat Manau Sungsau dan seketika ular besar itu mati. Orang itu selamat dan berterima kasih kepada Rambun atas pertolongannya. Lalu orang itu bertanya kepada Rambun, “Hai anak muda, hendak kemanakah kamu?” tanya orang perimba tadi. “Saya hendak pergi ke negeri Terusan Cermin.” jawab Rimbun. “Baiklah kalau begitu, akan saya bantu kamu agar dapat sampai kesana dengan cepat.” Jawabnya. Karena ingin membalas budi atas pertolongan Rimbun yg telah menyelamatkannya dari serangan ular besar tadi, Ia mengantarkan Rimbun dengan kemampuan yang Ia miliki, Rambun diantar dengan begitu cepat, yakni dengan cara menerbangkannya ke negeri yang dituju yang hanya memerlukan waktu sekejap. Rimbun-pun berterimakasih kepada Perimba tersebut.

Setibanya Rimbun di suatu dusun, Ia dalam keadaan kelaparan, sehingga Ia mendatangi sebuah warung nasi. Warung nasi itu dijaga oleh seorang Wanita. Rambun teringat bahwa Ia tidak mempunyai uang sama sekali untuk membeli nasi, padahal Ia sudah sangat merasa lapar. Lalu Ia mencoba berbicara kepada wanita penjaga warung tersebut, “Saya sangat lapar, namun saya tidak mempunyai uang sedikitpun untuk membeli makanan di warung nasi anda. Adakah pekerjaan yang harus saya lakukan untuk mendapatkan makanan dari warung nasi anda?” Lalu wanita itu hanya tersenyum, Ia kasihan kepada Rambun, sehingga Ia langsung memberi makan kepada Rambun, tanpa harus membayar ataupun melakukan pekerjaan. Rambutpun sangat berterimakasih kepada wanita penjaga warung nasi tersebut dan untuk membalas kebaikan wanita itu, Rambun tetap ingin bekerja keras di warung itu akhirnya Ia memutuskan untuk mencari kayu bakar di hutan untuk memperbaiki bangunan warung nasi yang dijaga oleh wanita baik tersebut sebagai balasannya.

Setelah itu, Rambun berpamitan untuk melanjutkan perjalanannya yang sedikit lagi tiba di negeri tempat Raja Angek Garang. Rambun sangat ingin tahu keadaan sang Ibunya yang telah lama ditahan oleh Raja Angek Garang yang kejam itu.

Akhirnya, tibalah Rambun di negri tempat Raja Angek Garang. Tanpa berfikir panjang, Ia langsung mencari penjara tempat dimana Ibunya ditahan. Ia tidak mengetahui bahwa tempat itu dijaga dengan sangat ketat oleh Hulubalang yang berjumlah tujuh orang. Ia berkata kepada salah satu Hulubalang, bahwa Ia ingin menemui wanita yang sedang ditahan di penjara tersebut, tetapi Hulubalang itu menghiraukan dan tidak mengizinkan Rambun, bahkan Rambun ditendang oleh salah satu Hulubalang. Rambun tidak terima dengan perlakuan Hulubalang tersebut sehingga Ia memukulnya dengan tongkat Manau Sungsang yang membuat Hulubalang tersebut kesakitan.

Mengetahui hal tersebut, Palino Tadung amat marah sebab melihat beberapa anak buahnya tidak berdaya. Ia datang menghampiri Rambun dan langsung mengeluarkan pedangnya dan menyerang kearah Rambun, tetapi Rambun mendahului dengan cara memukul kepala Palino Tadung sangat keras dengan tongkat Manau Sungsang, yang menyebabkan Palino Tandung tewas seketika.

Melihat peristiwa tersebut, Hulubalang yang selamat menyampaikan hal tersebut kepada Raja Angek Garang, Raja mengamuk, tidak terima dan Ia langsung menyerang Rambun yang pada saat itu masih berusaha mencari dimana penjara sang Ibu, Raja menghampiri Rambun dan langsung mengayunkan pedangnya kearah Rambun. Rambunpun langsung menepis dan mengeluarkan tongkat Manau Sungsang sakti pemberian pemilik kebun. Ia pukulkan tongkat itu kearah Raja tapi gagal dan Raja masih mengayunkan pedang kearahnya lagi. Raja terus menyerang Rambun, hingga akhirnya Rambun memukul pedang Raja tersebut hingga terlepas dari tangan sang Raja, dan Rambun langsung memukul Raja dibagian kepalanya sampai Ia menjerit kesakitan dan akhirnya tewas seketika. Rambun berusaha agar dapat membuka dan masuk ke penjara dan menemui sang Ibu, akhirnya Ia berhasil masuk dan bertemu dengan Ibunya. Ternyata sang Ibu dalam keadaan dirantai, badan sang Ibu-pun kurus kering akibat dari perlakuan kejam sang Raja.

Rambun memeluk Ibunya erat-erat sambil menangis dengan penuh haru. Rambun berhasil, Ia langsung membawa Ibunya pulang menuju kampung halamannya dan berkumpul lagi bersama kedua anaknya. Janda Lindung Bulan, kembali hidup bahagia dengan kedua anaknya, Rambun dan Reno.

________________________________________________________________________________________________

Lindung Bulan adalah sosok wanita yang terhormat. Ia tidak hanya memiliki kecantikan fisik dan wajah, Ia juga memiliki kecantikan dari dalam hati. Ia sangat setia kepada sang suami, sosok baik dan sederhanalah yang Ia telah pilih untuk menjadi pendamping hidupnya dan Ayah dari kedua anaknya. Walaupun sang Suami telah terlebih dahulu meninggalkannya dan kedua orang anaknya, Ia memilih untuk tidak menikah lagi dan merawat kedua orang anaknya dengan penuh kasih sayang seorang diri.

Rambun dan Reno adalah anak Lindung Bulan, Rambun sangatlah tangguh dan berbakti, setelah Ia dan Kakaknya, beranjak dewasa Ia mencari cara dan berusaha keras agar dapat menemukan sang Ibu yang telah lama menghilang tidak ada kabar yang ternyata di kurung di dalam penjara atas perintah Raja Angek Garang. Rambun melakukan apa saja demi menemukan dan membebaskan sang Ibu dari penjara tersebut. Akhirnya Rambun-pun berhasil, Ia bertemu dan membebaskan Ibunya dari penjara serta membawa sang Ibu kembali ke kampung halaman dan hidup bersama-sama lagi. Lindung Bulan kembali hidup bahagia bersama kedua orang anaknya, Rambun dan Reno.

***Rambun tidak berambisi ingin menjadi Raja, tetapi Rambun ingin berjuang untuk melawan kejahatan.

Cerita diatas termasuk kedalam cerita LEGENDA

 

 

sumber: http://tempatcerita.com/rakyat/cerita-rakyat-sumatera-barat-si-rambun-yang-berbakti_63.htmlImage